Jumat, 19 Oktober 2012 17:58 WIB
Drs. A. Singgih Basuki, MA., (56 tahun) mengatakan, A. Mukti
Ali adalah seorang pemikir Islam Indonesia (1923-2004) yang berkarakter
kuat, berpikiran modern , dan konsisten . Sosoknya sangat fenomenal di
kalangan akademisi Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam sampai
saat ini. Prestasi Akademiknya, berhasil mengembangkan Ilmu Perbandingan
Agama dengan membuka Jurusan Perbandingan Agama pada Fakultas
Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN Sunan Kalijaga). Di
Jurusan inilah semua agama dipelajari dan diperbandingkan agar umat
manusia dapat saling menghargai perbedaan agama secara wajar. Usaha
Mukti Ali mengembangakn Perbandingan Agama sebagai salah satu kajian
utama di IAIN, telah memberikan dampak yang signifikan bagi
berkembangnya wacana dialog antar agama di Indonesia.
Bagaimana sesungguhnya pemikiran keagamaan Mukti Ali,
Singgih Basuki mengungkapnya kembali melalui studi riset, yang kemudian
diangkatnya menjadi karya disertasi untuk meraih gelar Doktor Bidang
Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Karya disertasi
Dosen Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga ini, dipertahankan dihadapan tim penguji antara lain Prof. Dr.
H. Faisal Ismail, MA., Prof.Dr. H.M. Bahri Ghozali. MA., dan Prof. Dr.
H. Machasin, MA., Prof. Dr. Banawiratma , Prof. Dr. H. Djam’annuri,
MA., (Promotor merangkap penguji) serta Prof. Dr. H. Siswanto Masruri,
MA., (Promotor merangkap penguji), bertempat di Gedung Convension Hall
kampus setempat, Jum’at, 19 Oktober 2012.
Dalam karya riset disertasi yang mengangkat judul “Pemikiran Keagamaan A. Mukti Ali”,
Putra kelahiran Ngawi ini antara lain memaparkan bahwa, ide dasar
pemikiran Mukti Ali diantaranya: agama (Khususnya Islam) mengandung
nilai kebenaran, keselamatan dan kesejahteraan lahir batin untuk seluruh
umat manusia yang kekal dan universal, sehingga relevan sepanjang
Zaman. Ajaraan Islam ini di turunkan kepada seluruh umat manusia dalam
konteks ruang dan waktu apapun. Oleh karenanya, sesungguhnya Allah SWT
tidak pernah berhenti berfirman setelah Al- Qur’an. Allah SWT
terus-menerus menyatakan kehendak-Nya sepanjang zaman. Untuk memahami
kehendak Allah SWT sampai akhir zaman ini, agama harus senantiasa
diaktualisasikan agar dapat member inisiatif dan pandangan yang dinamis
serta kreatif pada pergaulan hidup seluruh umat manusia.
Sementara itu mengacu pada tiga konsep orientasi
agama Allport dan Ross, yang memandang agama sebagai tujuan akhir, agama
sebagai alat dan agama sebagai pencarian, maka orientasi pemikiran
Mukti Ali, memposisikan agama sebagai proses pencarian kreatif dalam
kehidupan untuk menemukan tujuan hidup yang mulia, sesuai yang
dikehendaki Allah SWT, tertanam dalam qolbu manusia, yang harus terus
diasah dan diperjuangkan oleh semua umat manusia. Maka Menurut Mukti Ali
melalui agama, khususnya Islam, setiap manusia akan bersikap kritis dan
sensitif terhadap agama. Setiap manusia akan belajar dan berfikir untuk
menemukan hakekat terdalam dari pesan-pesan agama.
Bentuk pemikiran keagamaan Mukti Ali terbangun atas
tiga etos: Keilmuan, Kemanusiaan dan Kebangsaan. Etos keilmuannya
bertumpu pada poros metodologi tiga arus yang disebut scientific-cum-doctrinaire.
Etos kemanusiaan Mukti Ali memposisikan peran agama dalam mendorong
pembangunan bangsa dan Negara. Sedangkan etos kerukunan dan dialog Mukti
Ali bernafaskan konsep agree in disegeement yang dikembangkan di Indonesia sampai sekarang. Etos keilmuan Mukti Ali scientific-cum-doctrinaire memperkenalkan
pemahaman agama secara multidimensi sehingga pemahaman terhadap agama
menjadi utuh, bersesuaian dengan tradisi yang hidup di masyarakat,
universal. Dan dalam batas-batas tertentu pesan-pesan agama akan
mengalami perubahan karena menyesuaikan lingkungan yang terus berubah.
Demikian juga pendekatan agama juga akan mengalami persesuaian agar
tercipta sikap yang terbuka, saling menghormati dan toleransi yang
tinggi baik antarsesama agama yang sama maupun antarumat beda agama.
Konsep Mukti Ali tentang pembangunan manusia seutuhnya
menjadi tumpuan yang mengawal proses pembangunan di Indonesia sejak masa
Orde Baru. Melalui konsep Mukti Ali inilah nilai-nilai agama mampu
menjadi motivator dalam berbagai program pembangunan di Indonesia.
Pemikirannya tentang kerukunan hidup antarumat beragama dan dialog juga
sampai saat ini terus digelorakan di seluruh wilayah Indonesia,
lebih-lebih dengan semakin banyaknya konflik antarumat beragama di
negeri ini, demikian jelas Singgih Basuki (Weni Hidayati-Humas UIN Sunan
Kalijaga).
Retrieved from: http://www.uin-suka.ac.id/berita/dberita/652
No comments:
Post a Comment