Monday, February 4, 2013

Telaah Pemikiran A. Mukti Ali, Singgih Basuki Raih Doktor

Jumat, 19 Oktober 2012 17:58 WIB




Drs. A. Singgih Basuki, MA., (56 tahun) mengatakan,  A. Mukti Ali adalah seorang pemikir Islam Indonesia (1923-2004) yang berkarakter kuat,  berpikiran modern ,  dan konsisten . Sosoknya sangat fenomenal di kalangan akademisi  Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam sampai saat ini. Prestasi Akademiknya, berhasil mengembangkan Ilmu Perbandingan Agama dengan membuka Jurusan Perbandingan Agama pada Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN Sunan Kalijaga).  Di Jurusan inilah  semua agama dipelajari dan diperbandingkan agar umat manusia dapat saling menghargai perbedaan agama secara wajar. Usaha Mukti Ali mengembangakn Perbandingan Agama sebagai salah satu kajian utama di IAIN, telah memberikan dampak yang signifikan bagi berkembangnya wacana dialog antar agama di Indonesia.
                Bagaimana sesungguhnya pemikiran keagamaan Mukti Ali, Singgih Basuki mengungkapnya kembali melalui studi riset, yang kemudian diangkatnya menjadi karya disertasi untuk meraih gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Karya disertasi Dosen Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga ini, dipertahankan dihadapan tim penguji antara lain Prof. Dr. H. Faisal Ismail, MA., Prof.Dr. H.M. Bahri Ghozali. MA.,  dan Prof. Dr. H. Machasin, MA.,  Prof. Dr. Banawiratma ,  Prof. Dr. H. Djam’annuri, MA., (Promotor merangkap penguji) serta Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, MA.,  (Promotor merangkap penguji), bertempat di Gedung Convension Hall kampus setempat, Jum’at,  19 Oktober 2012.
                Dalam karya riset disertasi yang mengangkat judul “Pemikiran Keagamaan A. Mukti Ali”, Putra kelahiran Ngawi ini antara lain memaparkan bahwa, ide dasar pemikiran Mukti Ali diantaranya: agama (Khususnya Islam) mengandung nilai kebenaran, keselamatan dan kesejahteraan lahir batin untuk seluruh umat manusia yang kekal dan universal, sehingga relevan sepanjang Zaman. Ajaraan Islam ini di turunkan kepada seluruh umat manusia dalam konteks ruang dan waktu apapun. Oleh karenanya, sesungguhnya Allah SWT tidak pernah berhenti berfirman setelah Al- Qur’an. Allah SWT terus-menerus menyatakan kehendak-Nya sepanjang zaman. Untuk memahami kehendak Allah SWT sampai akhir zaman ini, agama harus senantiasa diaktualisasikan agar dapat member inisiatif dan pandangan yang dinamis serta kreatif pada pergaulan hidup seluruh umat manusia.
                      Sementara itu mengacu pada tiga konsep orientasi agama Allport dan Ross, yang memandang agama sebagai tujuan akhir, agama sebagai alat dan agama sebagai pencarian, maka orientasi pemikiran Mukti Ali, memposisikan agama sebagai proses pencarian kreatif dalam kehidupan untuk menemukan tujuan hidup yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT, tertanam dalam qolbu manusia, yang harus terus diasah dan diperjuangkan oleh semua umat manusia. Maka Menurut Mukti Ali melalui agama, khususnya Islam, setiap manusia akan bersikap kritis dan sensitif terhadap agama. Setiap manusia akan belajar dan berfikir untuk menemukan hakekat terdalam dari pesan-pesan agama.
                Bentuk pemikiran keagamaan Mukti Ali terbangun atas tiga etos: Keilmuan, Kemanusiaan dan Kebangsaan. Etos keilmuannya bertumpu pada poros metodologi tiga arus yang disebut scientific-cum-doctrinaire. Etos kemanusiaan Mukti Ali memposisikan peran agama dalam mendorong pembangunan bangsa dan Negara. Sedangkan etos kerukunan dan dialog Mukti Ali bernafaskan konsep agree in disegeement yang dikembangkan di Indonesia sampai sekarang. Etos keilmuan Mukti Ali scientific-cum-doctrinaire memperkenalkan pemahaman agama secara multidimensi sehingga pemahaman terhadap agama menjadi utuh,  bersesuaian dengan tradisi yang hidup di masyarakat, universal. Dan dalam batas-batas tertentu pesan-pesan agama akan mengalami perubahan karena menyesuaikan lingkungan yang terus berubah. Demikian juga pendekatan agama juga akan mengalami persesuaian agar tercipta sikap yang terbuka,  saling menghormati dan toleransi yang tinggi baik antarsesama agama yang sama maupun antarumat beda agama.
                Konsep Mukti Ali tentang pembangunan manusia seutuhnya menjadi tumpuan yang mengawal proses pembangunan di Indonesia sejak masa Orde Baru. Melalui konsep Mukti Ali inilah nilai-nilai agama mampu menjadi motivator dalam berbagai program pembangunan di Indonesia. Pemikirannya tentang kerukunan hidup antarumat beragama dan dialog juga sampai saat ini terus digelorakan di seluruh wilayah Indonesia, lebih-lebih dengan semakin banyaknya konflik antarumat beragama di negeri ini, demikian jelas Singgih Basuki (Weni Hidayati-Humas UIN Sunan Kalijaga).
 
Retrieved from: http://www.uin-suka.ac.id/berita/dberita/652

No comments:

Post a Comment